Faktor Religius Tingkatkan Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kaki Lima

December 12, 2018, oleh: nimda-s3


Kesejahteraan hidup selalu menjadi tujuan hidup yang diharapkan oleh semua orang terutama dalam kehidupan berkeluarga. Dalam proses kehidupan itu sendiri mencakup banyak hal dimana seorang manusia menginginkan kesejahteraan, dan itu dapat terwujud jika faktor-faktor penunjang bisa terpenuhi seperti ekonomi, jabatan, dan terutama agama. Dari sinilah kemudian Muhamad Ali Rahmat seorang dosen IAIN Cirebon menyelesaikan studi S3 Psikologi Pendidikan Islam di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dengan mengangkat penelitian yang berjudul Religiusitas Pedagang Kaki Lima dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga.
Sejarah kehidupan masyarakat memperlihatkan adanya keterikatan yang signifikan antara kedalaman penghayatan agama dan kegairahan dalam kehidupan berekonomi. Ali Rahmat melihat bahwa kelompok-kelompok tertentu yang tergolong menjalankan syariat agama dengan lebih bersungguh-sungguh dalam kehidupan sosial dan pribadinya, terlihat lebih mampu beradaptasi dalam kehidupan ekonomi sehingga memunculkan kesejahteraan dalam kehidupan keluarga. “Makna Religiusitas untuk pendagang kaki lima yang menjadi objek penelitian saya ternyata dapat mempengaruhi pemikiran, pemahaman dan perilaku keagamaan yang baik. Mereka para pedagang yang memiliki perilaku agama yang baik cenderung dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan sangat baik,” papar Ali dalam pemaparan disertasinya pada Sidang Doktor di Ruang Sidang Direktur Gedung Pascasarjana Lantai 1 Kampus Terpadu UMY, Selasa (11/12).
Ali Rahmat melakukan penelitian ini di tiga desa berbeda yakni Maleber, Kutaraja dan Kutamandarakan Kuningan. Berangkat dari pengalaman sebagai seorang pedagang kaki lima, Ali bermaksud untuk memperlihatkan bahwa pedagang kaki lima yang memiliki keyakinan, peribadatan, penghayatan, pengetahuan agama dan pengamalan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. “Adanya agama dan penyesuaian diri mencirikan sehatnya jiwa atau kesejahteraan secara psikologis,” imbuhnya.
Hasil penelitian Ali menunjukkan pedagang kaki lima yang memiliki dimensi keyakinan tidak terlalu dominan dalam meningkatkan kesejahteraan, tetapi cukup mewarnai perilaku pedagang kaki lima. Begitu juga dengan dimensi peribadatan, pengetahuan dan pengayatan pedagang kaki lima cukup konsisten mereka jalankan meski tidak terlalu dominan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Namun demikian dimensi pengamalan menjadi yang paling dominan karena memiliki dampak yang sangat positif dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. “Dari semua aspek yang saya teliti penghayatan dan pengamalan ajaran agama menjadi wadah bagi pedagang kaki lima untuk mempraktikkan ilmu agama yang ia dapat untuk kehidupan berdagang, jadi kedua dimensi itu sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Semakin baik penghayatan dan pengamalan terhadap religiusitas semakin besar kemungkinan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga,” tutup Ali.
Ali dinyatakan lulus dengan predikat nilai sangat memuaskan, dan dosen yang berusia 61 tahun itu menjadi doktor ke-59 yang diluluskan di program pascasarjana Psikologi Pendidikan Islam, dan menjadi doktor ke-70 yang dihasilkan program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. (Habibi)