Metode Tarbiyah dan Tasfiyah Mampu Ciptakan 6 Nilai Karakter Anak Didik

January 22, 2018, oleh: nimda-s3


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Adang Darmawan Achmad, Ketua Badan Pelaksana Harian Poltekes Bhakti Pertiwi Husada Cirebon, disebutkan bahwa metode pendidikan karakter melalui Tarbiyah dan Tafsiyah memiliki kelebihan dibandingkan metode pendidikan karakter lainnya. Hal ini dikarenakan metode Tarbiyah dan Tafsiyah mampu menciptakan enam (6) nilai karakter mulia bagi anak didik. Khususnya jika kedua metode pendidikan karakter tersebut dikombinasikan dalam sistem pendidikan Boarding School.
Hasil penelitian yang berjudul “Pendidikan Karakter Di MTs-MA Boarding School Yayasan Assunnah Cirebon” tersebut diungkapkan Adang dalam Sidang Promosi Doktor Psikologi Pendidikan Islam, pada Sabtu (20/1). Sidang tersebut dilaksanakan di Gedung Kasman Singodimedjo Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Sidang yang diketuai oleh Sri Atmaja P. Rosyidi, S.T.,MSc.Eng.,Ph.D., PE, Sekertaris Dr.Aris Fauzan,M.A dan diuji oleh Prof.Dr.Siswanto Masruri,M.A , Dr. Muhammad Aris, M.A, Prof.Dr. Alef Theria Wasim,M.A, Dr. Khoiruddin Bashori,M.Si, Dr. M.Syamsuddin, dan Drs. Abdul Madjid,M.Ag.
Dalam pemaparan disertasinya tersebut, Adang menyebutkan metode Tafsiyah sendiri merupakan metode pembersihan yang mengacu pada pembersihan ajaran Islam dari berbagai nilai yang tidak bersumber dari Islam. Sedang metode Tarbiyah adalah sebuah proses pendidikan terhadap umat dengan ajaran islam yang telah mengalami proses tasfiyah.
“Boarding School sendiri adalah lembaga pendidikan di mana para siswa tidak hanya belajar, tetapi juga tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut. Namun, proses pendidikan di Boarding School dikatakan sebagai penyebab anak didik sulit untuk berkomunikasi dengan luar, canggung dan lain sebagainya karena ditinggalkan sementara waktu dari kasih sayang orang tua. Walaupun terdapat komponen fisik dan non fisik seperti asrama, ruang ibadah, ruang belajar serta program aktivitas yang tersusun secara rapi. Akan tetapi masih banyak orang tua yang berpikiran negatif terhadap Boarding School,” paparnya.
Padahal, menurut Adang lagi, kehidupan di Boarding School sebenarnya bertujuan untuk menciptakan kadamaian, kebahagiaan, dan rasa aman bagi penghuninya sebagaimana konsep psikologi yang disebut dengan istilah kebahagiaan diri/kesejahteraan subyektif. Kebahagiaan diri mengandung prinsip kesenangan yang bebas stress dan rasa cemas. Tidak hanya faktor kebahagiaan, masih terdapat faktor-faktor yang lain yang perlu untuk diciptakan sehingga individu memiliki sikap dan perilaku yang mulia. Maka dari itu, perlu adanya pendidikan karakter.
“Pendidikan Karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, maka pendidikan karakter menjadi begitu penting dan menjadi salah satu fokus pemerintah Indonesia. Walaupun anak didik sudah masuk sekolah dan mendapat pendidikan, tetapi harapan masih digantungkan kepada keluarga/pengurus asrama/lingkungan untuk memberikan pendidikan dan suasana sejuk dan menyenangkan dalam proses belajar mengajar,” jelasnya.
Hal itulah yang kemudian menurut Adang melatarbelakangi dilakukannya penelitian tersebut. Tidak hanya untuk menganalisa dan menemukan metode yang tepat untuk pendidikan karakter, namun juga meneliti tentang aplikasi dari metode tersebut. “Terdapat beberapa metode yang diterapkan di pendidikan karakter, namun metode tasfiyah dan tarbiyah merupakan dua metode yang mampu menciptakan 6 nilai karakter muliah terhadap anak didik,” ungkapnya dalam sidang promosi doktor ke-44 yang dilaksanakan oleh Pascasarjana UMY.
Bentuk aplikasi dari kedua metode tersebut adalah kelekatan, kebahagiaan diri, dan penyesuaian diri. Dari tiga bentuk aplikasi tersebut terciptalah individu yang berkarakter. Kelekatan anak didik dengan guru maupun dengan pengurus memiliki peranan penting karena akan meningkatkan kesehatan mental dan otak. Sedangkan penyesuaian diri menjadikan anak didik menjadi percaya diri karena merasa mendapatkan dorongan dari lingkungan. Untuk menciptakan sikap dan perilaku yang mulia maka perlu pula kebahagiaan diri yang diciptakan akibat dari dukungan-dukungan dari lingkungan.
“Jika tiga hal tersebut dilaksanakan dengan baik maka akan tercipta anak didik yang Religius, Jujur, Disiplin, Kerja Keras, Mandiri dan Menghargai. Itulah enam karakter mulia yang bisa tercipta pada diri anak didik dengan menerapkan dua metode pendidikan karakter tersebut. Berbeda dengan pendidikan karakter lainnya yang hanya mampu menciptakan tiga nilai karakter,” tutur Darmawan
Sementara itu, Promotor Dr. Muhammad Aris,M.A mengatakan bahwa masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. “Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi poin-poin yang belum sempat untuk diteliti dan menyempurnakan penelitian ini sehingga nantinya ini akan bisa dijadikan model percontohan ketika akan membangun sebuah sekolah ataupu hal lain yang berkaitan dengan pendidikan,” tambahnya. (BHP/zaki)