Miftah Raih Gelar Doktor Usai Teliti Emosi Dalam Al-Qur'an dan Psikologi Pendidikan

November 16, 2018, oleh: nimda-s3


Suasana Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan hal yang penting untuk di perhatikan. Hubungan emosional antara guru dan murid menentukan kenyamanan belajar yang akan berdampak kepada meningkatnya potensi siswa. “Seorang guru harus terbiasa berkomunikasi secara positif sekaligus menghindar dari pola komunikasi negatif,” ungkap Miftah Ulya dalam sidang disertasi terbuka pada hari Kamis (15/11) di ruang Ampiteater gedung kasman Singodimejo Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
Dalam disertasinya yang berjudul “Emosi Dasar Dalam Al-Qur’an dan Psikologi Pendidikan”, Miftah menyampaikan bahwa untuk mencapai komunikasi yang positif guru perlu menjaga citra diri yang positif. Berbicara fokus, bersikap mengajak bukan memerintah, tutur kata lembut menyejukkan, serta gerakan badan wajar tidak dibuat-buat. “Seperti sabda Rasulullah SAW yang berbunyi mudahkanlah dan jangan dibuat susah, senangkanlah dan jangan membuat kecewa,” jelasnya.
Menurutnya mengatur emosi adalah kunci untuk berkomunikasi positif yang tentunya sesuai dengan ajaran dalam Al-Qur’an. “Emosi dapat memberi pengaruh keberhasilan terhadap proses belajar dan mengukir prestasi. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan menggapai hasil belajar yang lebih baik. Sebaliknya emosi atau sikap komunikasi negatif seperti berbohong, takut, marah dan lainya akan memperlambat pembelajaran atau bahkan menghentikannya,” ungkap Miftah.
“Pendidikan Islam merupakan suatu proses pembelajaran, pembentukan, pengembangan diri, dan mengoptimalkan potensi diri melalui proses belajar berdasarkan nilai-nilai ajaran islam yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dengan hal ini pengajar akan lebih mampu untuk memangun komunikasi positif dengan muridnya,” tambah Miftah.
Dalam sidang terbuka ini Miftah berhasil lulus dengan predikat sangat memuaskan. “Penting bagi pendidik untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang lebih baik, sehingga terjadi relasi emosi yang harmonis. Dengan demikian saya harap pendidikan dalam perspektif Al-Qur’an yang bersifat humanis dapat dibangun sesuai dengan prisnip-prinsip dan spirit Al-Qur’an,” ungkapnya. (Pras/BHP)