Pendidikan Multikultural Bentuk Karakter Anak Terbuka Terhadap Keberagaman

October 30, 2017, oleh: nimda-s3


Indonesia merupakan negara yang sangat beragam dan berbeda, namun demikian Indonesia mampu menjadi sebuah kesatuan. Hal tersebut dituangkan dalam semboyan negeri ini, bhinneka tunggal ika. Kemajemukan atau multikulturalisme merupakan hal yang harus dijaga untuk melestarikan keutuhan Indonesia. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan dini pada anak seperti yang disampaikan pada Seminar Pendidikan Multikultural pada Anak Melalui Perspektif Tarbiyah dan Psikologi. Seminar tersebut diselenggarakan di Ruang Auditorium Gedung KH Ibrahim E6 lantai 5 pada hari Sabtu (28/10) kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Kegiatan yang diselenggarakan secara bersama oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan Majelis Kesejahteraan Sosial PP Aisyiyah tersebut bertujuan untuk membentuk karakter anak yang mampu terbuka terhadap keberagaman. “Baru-baru ini ada tudingan intoleran yang ditujukan pada beberapa lirik Tepuk Anak Sholeh yang diajarkan pada TK ABA. Ini tema yang menarik untuk dibicarakan, karena yang menjadi pembahasan di sini adalah apakah pendidikan yang diberikan pada anak usia dini harus sudah demokratis ataukah otoriter dalam pembahasan akidah,” ujar Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag. selaku Dekan FAI UMY ketika memberikan sambutan pembuka untuk kegiatan tersebut.
Akif menjelaskan bahwa hal tersebut harus diklarifikasi karena tujuan dari pendidikan Islam selain menciptakan pribadi dengan akidah yang kuat, juga mampu untuk menghargai perbedaan. “Orang tua biasanya akan bersikap otoriter dalam pendidikan akidah anak. Contohnya seperti ibu yang meminta anaknya untuk rajin sholat agar masuk surga bersama dengan orang tua. Namun perlu juga diperhatikan tentang pentingnya mengajarkan sikap menghargai perbedaan yang ada di sekitar anak. Ini yang berusaha kita lakukan, bagaimana membentuk anak yang memiliki akidah yang tak goyah dan juga dapat menghormati keberagaman,” ungkap Akif.
Dalam seminar ini, Ketua Umum PP Aisyiah, Dra. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si. yang hadir sebagai pembicara menyampaikan bahwa wanita memiliki peran penting dalam pembangunan agama dan umat. Noordjannah juga mengungkapkan bahwa Muhammadiyah tidak sepakat dengan usaha untuk menurunkan aksi intoleran yang saat ini dilakukan oleh banyak pihak. “PP tidak sepakat dengan usaha-usaha deradikalisasi yang saat ini banyak dilakukan oleh beberapa pihak. Karena usaha tersebut juga dilakukan dengan radikal dan intoleran. Untuk itu kita adakan seminar ini, yaitu sebagai solusi yang kita berikan untuk mengatasi permasalahan intoleransi secara dini,” ujarnya.
Noordjannah menyebutkan bahwa apabila nilai-nilai keagamaan ditanamkan dengan baik pada anak, hal tersebut akan menjadi penuntun dalam pertumbuhannya. “Perbedaan merupakan hal yang baik dan sudah menjadi ketetapan dari Yang Maha Kuasa. Dalam perbedaan tersebut tentunya dapat mendorong kita untuk saling tolong-menolong pada kebaikan, dan hal itu memang diperintahkan dalam Islam. Berkaca pada masa awal gerakan dakwah Muhammadiyah, dimana banyak pendukung gerakan ini bukan orang yang satu keyakinan dengan Kyai Ahmad Dahlan. Namun mereka memahami bahwa yang dilakukan oleh Kyai adalah demi kepentingan umat, karena itu mereka turut membantu,” paparnya.
“Seminar pendidikan ini menyampaikan bahwa keberagaman dan menghargai kemajemukan menjadi bagian dari pendidikan yang harus diberikan kepada anak. Terlebih oleh para peserta yang hadir, karena sebagian besar adalah mahasiswa yang nanti akan memiliki keluarga dan menjadi wadah pertama dari pendidikan dini untuk anak. Pengaplikasian nilai multikultural tentang menghargai dan menghormati tersebut harus disesuaikan pula pada pendidikan Islam dan juga psikologi anak,” tutup Noordjannah. (candra)