UMY Kembali Kukuhkan Dua Guru Besar Bidang Studi Islam

January 31, 2021, oleh: superadmin

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta kembali melangsungkan Rapat Terbuka Senat dalam rangka Pengukuhan Guru Besar UMY. Adapaun pada kesempatan kali ini terdapat dua guru besar yang dikukuhkan, yakin Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D. dan Prof. Dr. Muhammad Azhar, M.Ag. Acara pengukuhan ini dilaksanakan dengan mengikuti standar protokol kesehatan pencegahan Covid-19 pada hari Sabtu (30/1) bertempat di Ruang Sidang Lantai 5, Gedung AR Fachruddin B, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Hilman Latief menyampaikan Orasi ilmiah berjudul “Etika Islam dan Semangat Filantropisme: Membaca Filantropi Sebagai Kritik Pembangunan”. Menurutnya, Budaya filantropisme Islam menjadi sebuah fenomena di Indonesia, seiring dengan meningkatnya kedermawanan masyarakat. “Hal ini bisa menjadi sebuah indikasi bahwa kesadaran etis seorang Muslim untuk menerjemahkan ajaran-ajaran Islam ke dalam aksi sosial juga meningkat. Tidak sedikit organisasi dan lembaga filantropi yang kemudian berdiri, serta jumlah umat yang ingin menjadi relawan untuk bekerja dan mendedikasikan waktu untuk kemanusiaanpun semakin meningkat,” Jelas Hilman.

Hilman menambahkan bahwa gerakan filantropisme juga dapat ditempatkan sebagai kritik dan juga dalam kritik untuk pembangunan. “Kemampuan kelas menengah Muslim sebagai kelompok yang menopang hadirnya pergerakan filantropi Islam dalam mengkombinasikan, merefleksikan, dan mengkontekstualisasikan etika Islam dengan tata kelola yang baik dan terukur telah menjadikan gerakan filantropi Islam tidak hanya berperan sebagai entitas, namun juga untuk mengisi agenda pembangunan yang belum diisi oleh pemerintah sebagai satu kritik terhadap pemerintah,” imbuhnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Drs. Muhammad Azhar, M.Ag., membawakan orasi ilmiah dengan judul “Demokrasi Religius untuk Indonesia Berkemajuan dan Berkeadaban: Alternatif antara Liberalisme-Sekularisme dan Fundamentalisme Keagamaan”. Dalam orasinya, Azhar menjelaskan bagaimana mewujudkan demokrasi Indonesia yang lebih religius, berkemajuan, dan berkeadaban di masa depan dimana menurutnya perlu diadakan proses penjinakan ideologi dan politik.

Azhar menuturkan bahwa Raihan guru besar ini tidak akan menyurutkannya dalam jihad akademis. “Kedepannya yang lebih penting adalah bagaimana agar terus produktif menghasilkan karya tulis yang bermanfaat bagi umat dan bangsa. Sebab, kata Azhar, hidup di dunia terlalu singkat, maka warisan tulisan atau usia akademis akan lebih panjang dari usia biologis. Saya berharap paska pengukuhan guru besar bisa terus berkontribusi melalui gagasan pembaharuan. Selain itu, ia juga akan terus berkhidmat pada persyarikatan melalui jalur Majelis Tarjih dengan menelurkan berbagai produk pemikiran untuk menjawab tantangan zaman,” pungkas Azhar.

Hilman Latief lahir di Tasikmalaya pada tanggal 12 September 1975. Ia merupakan suami dari Sofiah Muda dan ayah bagi putra-putri, yaitu: Muhammad Azka Latief, Sultan Zaki Akmal Latief, dan Diandra Amarisa Latief. Riwayat pendidikan Hilman: SMP dan SMA Muhammadiyah di Pondok Pesantren Darul Arqam Garut (1987-1994); Studi Islam di IAIN Yogyakarta (1994-1999); Master Studi Agama di UGM (2000-2003); Master di Western Michigan University, USA (2004-2005); dan Doktor di Utrecht University, Belanda (2008-2002).

Sedangkan Muhammad Azhar lahir di Medan pada tanggal 8 Agustus 1961. Riwayat pendidikannya berasal dari studi hukum Islam di STAIN Lhoseumawe, Aceh Utara (1992); master teologi dan filsafat di UIN Sunan Kalijaga (1994); dan doktor teologi dan filsafat di UIN Sunan Kalijaga (2012). (Evan)